Wonosobo merupakan sebuah kota kecil di provinsi Jawa Tengah. Kota ini memiliki hawa dingin dengan menyimpan pesona kekayaan alam, budaya, bahasa, wisata, serta nilai-nilai sejarah yang terkandung di dalamnya. Tak ayal, salah satu sektor pariwisata di Wonosobo saat ini sedang terus dikembangkan.
Kota dingin Wonosobo tidak akan pernah habis dalam memperkenalkan tempat-tempat baru sebagai salah satu destinasi wisata yang digandrungi masyarakat. Selain dapat menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD), sektor pariwisata Wonosobo telah ikut andil membantu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Daftar isi
Letak Geografi
Kabupaten Wonosobo telah berdiri pada 195 tahun silam di tengah Pulau Jawa yang berjarak 120 km dari ibu kota Jawa Tengah (Semarang) dan 520 km dari Ibu Kota Negara (Jakarta), berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang di timur, Kabupaten Purworejo di selatan, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnega di Barat, serta Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal di Utara.
Kabupaten Wonosobo terletak pada 70.11′.20“ sampai 70.36′.24” garis Lintang Selatan (LS), serta 1090.44′.08“ sampai 1100.04′.32” garis Bujur Timur (BT), dengan luas wilayah 98.468 hektar (984,68 km2) atau 3,03% luas Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berada pada rentang 250 dpl – 2.250 dpl yang menjadikan Wonosobo sebagai salah satu ciri dataran tinggi.
Etimologi
Kata Wonosobo berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa. Bahasa Jawa sendiri diambil dari bahasa Sanskerta vanasabhā, yang artinya masih sama. Kata pertama yaitu Wono yang artinya hutan atau sebuah kawasan di gunung, dan Sobo yang artinya mengunjungi. Maka makna dari arti Wonosobo adalah sebuah kawasan pegunungan yang menarik untuk dikunjungi.
Sejarah
Melihat pesona yang dimiliki Wonosobo sekarang, merupakan hasil dari lintasan waktu yang berjalan selama bertahun-tahun silam. Segala peristiwa telah tertoreh dalam bentuk sejarah bagaiamana kabupaten ini hingga kini telah menyimpan banyak pesona alam yang candu untuk dikunjungi kembali. Sejarah Kabupaten Wonosobo sendiri tidak lepas dari cerita rakyat yang telah melegenda dalam bentuk cerita kisah sang tiga Kyai dan sampai detik ini masih diceritakan secara berulang dan turun-temurun.
Alkisah, di tengah perkembangan kekuasaan Mataram Islam pada abad ke 7 atau sekitar tahun 1600-an, kota ini masih berupa hamparan kawasan hutan belantara. Pada suatu hari, datang tiga orang pengelana yang masing-masing bernama Kyai Kolodete, Kyai Karim, dan Kyai Walik. Ketiga pengelana ini memilih tempat bermukim yang berbeda untuk merintis suatu pemukiman di Wonosobo. Kyai Kolodete berada pada dataran tinggi Dieng, Kyai Karim berada di daerah Kalibeber, dan Kyai Walik berada di sekitar daerah Wonosobo saat ini. Ketiga tokoh inilah yang diidentifikasi sebagai cikal bakal dari masyarakat Wonosobo.
Pada masa Kerajaan Mataram, saat itu letak pemerintahannya berada di desa Selomanik dengan Ki Tumenggung Kartowaseso sebagai kepala pemerintahannya, dan Ki Butowereng sebagai patihnya. Dalam kurun waktu tertentu, beberapa abad setelah meninggalnya Ki Tumenggung Kartowaseso kepala pemerintah Mataram beralih ke tangan Ki Tumenggung Wiroduto yang memindahkan wilayah pemerintahannya pada suatu wilayah di desa Pecekelan. Hingga pada berjalannya waktu, pusat pemerintahan dipindah lagi ke daerah Ledok Selomerto.
Salah satu cucu Kyai karim yang bernama Ki Singowedono, memiliki banyak jasa dalam pengabdiannya pada pemerintahan kerajaan Mataram sehingga mendapat sebuah penghargaan berupa daerah kekuasaan di Selomerto dan gelar Tumenggung Jogonegoro. Kemudian, setelah wafat Tumenggung Jogonegoro dimakamkan di desa Pakuncen.
Pada tahun 1825-1830, sedang berlangsung perang Diponegoro. Wonosobo saat itu merupakan salah satu basis pertahanan pasukan pendukung Diponegoro. Beberapa tokoh penting yang mendukung perjuangan Diponegoro antara lain, Imam Musbach atau kemudian dikenal Tumenggung Kartosinuwun, Mas Lurah atau Tumenggung Mangkunegaran, Gajah Permodo dan Ki Muhammad Ngarpah. Dalam berbagai pertempuran melawan Belanda, Kyai Muhamad Ngarpah banyak berhasil memperoleh kemenangan sehingga membawa dirinya pada sebuah perhargaan sebagai penguasa Ledok dengan gelar nama Tumenggung Setjonegoro yang diberikan langsung oleh pangeran Diponegoro.
Tumenggung Setjonegoro menjadi bupati pertama Wonosobo, yang kemudian memindahkan daerah kekuasaannya dari Ledok Selomerto ke kawasan kota Wonosobo. Pemindahan tersebut diyakini terjadi pada 24 Juli 1825, yang telah dikaji oleh beberapa Tim Peneliti dari Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada (UGM) bersama Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida), para sesepuh dan beberapa tokoh, termasuk pimpinan dewan perwakilan rakyat, dalam sebuah seminar, pada 28 April 1994. Karena itu, kini setip tanggal 24 Juli senantiasa diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Wonosobo.
Pemerintahan
Daftar Bupati kabupaten Wonosobo dari masa ke masa :
- Tumenggung R. Setjonegoro (1825-1832)
- Tumenggung R. MangoenKoesoemo (1832-1857)
- Tumenggung R. Kertonegoro (1857-1863)
- Tumenggung R. Tjokrohadisorjo (1863-1889)
- Tumenggung R. Soeryohadikoesoemo (1889-1898)
- Tumenggung R. Soerjohadinagoro (1898-1919)
- Adipati RAA Sosrodiprodjo (1920-1944)
- Bupati R. Singgih Hadipoero (1944-1946)
- Bupati R. Soemindro (1946-1950)
- Bupati R. Kadri (1950-1954)
- Bupati R. Oemar Soerjokoesoemo (1955)
- Bupati R. Sangidi Hadisoetirto (1955-1957)
- Kapala Daerah Rapingoen Wiombohadi Soedjono (1957-1959)
- Bupati R. Wibowo Helly (1960-1967)
- Bupati KDH Drs. R. Darodjat A.N.S (1967-1974)
- Pj. Bupati KDH R. Marjaban (1974-1975)
- Bupati KDH Drs. Soekanto (1975-1985)
- Bupati KDH Drs. Poedjihardjo (1985-1990)
- Bupati KDH Drs. H. Soemadi (1990-1995)
- Bupati KDH Drs. Margono (1995-2000)
- Bupati Drs. Trimawan Nugrohadi (2001-2005)
- Bupati H.A. Kholiq Arif (2005 – 2015)
- Bupati Eko Purnomo, SE., MM (2015-sekarang)
Wisata Alam
Berbicara soal wisata alam, Wonosobo memiliki banyak sekali tempat wisata yang dapat kita explore. Beberapa tempat wisata di bawah ini adalah tempat yang wajib kamu kunjungi saat menjejakkan kaki di kota dingin, sebagai salah satu ciri dan kesan yang bisa diingat akan kota Wonosobo.
- Kawasan wisata Dieng
- Telaga Menjer
- Gunung Prahu
- Golden Sunrise Bukit Sikunir
- Kebun Teh Tambi
- Pemandian Air Hangat Kalianget
- Curug Sikarim
- Waduk Wadaslintang
- Pendakian Gunung Sindoro Sumbing
- Lubang Sewu
Kuliner
Kabupaten Wonosobo memiliki beberapa makanan khas yang bisa dinikmati dan bisa didapatkan dengan mudah.
- Mi Ongklok
- Tempe Kemul
- Sego Megono
Budaya
Kabupaten Wonosobo menyimpan beberapa budaya di tengah masyarakat yang hingga saat ini masih dijunjung dan dilestarikan dengan baik.
- Ruwatan Rambut Gimbal
- Tari Lengger