Monumen Legetang adalah sebuah tugu peringatan yang berada di Dukuh Legetang. Dukuh tersebut kini hanya tinggal nama saja karena desa ini sudah menjadi area pertanian yang subur. Monumen Legetang setinggi 10 meter ini di buat pada tahun 1957 untuk mengenang kejadian pilu yaitu musibah tanah longsor yang terjadi di Desa Legetang pada tahun 1955 silam.
Kisah
Sodom dan Gomorah – dua daerah yang kisahnya lekat di telinga masyarakat karena telah tertulis di kitab. Kedua daerah ini sering dikaitkan dengan kisah Nabi Luth, di mana Tuhan menunjukkan kuasa-Nya dengan memberikan pelajaran bagi umatnya yang gemar melakukan dosa. Penduduk dari daerah Sodom dan Gomorah sering berbuat maksiat, mereka bahkan berhubungan dengan sesama jenis. Sehingga atas Murka-Nya, Tuhan melenyapkan kedua kota tersebut.
Selain Sodom dan Gomorah, kisah serupa pernah terjadi di Pompeii atau India kuno. Sebuah kota yang juga hancur karena penduduknya yang berbuat maksiat. Luput dari perhatian masyarakat, Indonesia juga memiliki fenomena yang sama, sebuah dusun bernama Legetang – kisaran 3 km dari Dieng raib akibat ulah penduduknya sendiri.
Dusun Legetang berada di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Sebuah dusun yang memyimpan keelokan dan kekayaan alamnya. Susunan petak-petak sawah nan hijau dan aliran sungai yang membelah desa, sejalan dengan kehidupan masyarakatnya yang makmur. Penduduk dusun legetang umumnya bercocok tanam sebagai petani. Karena hasil panennya yang selalu berlimpah ruah, kehidupan mereka sangat jauh dari kata kekurangan.
Namun, bukannya banyak bersyukur, penduduk Dusun Legetang justru berperangai buruk. Mereka lebih banyak bersenang-seneng seperti mabuk, berjudi, pesta hingga berujung pada berzinaan secara berlebihan. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi kebiasaan dan hobi penduduk dusun.
Tragedi Legetang
Hingga pada suatu malam pada 16 April tahun 1955, ketika penduduk Dusun Legetang sedang melakukan pesta tiba-tiba turun hujan yang sangat deras bersamaan dengan bumi yang bergoncang. Ketakutan menyelimuti penduduk, hingga terjadilah longsor yang mengubur peduduk desa yang tidak bisa menyelamatkan diri. Dataran tanah dusun Legetang menjadi sebuah bukit dan menghapus Legetang dari peta. Satu dusun telah raib bersama penduduknya.
Dusun Legetang memang terletak di lereng bukit, namun jaraknya cukup jauh. Diduga longsor yang menimpa merupakan rompalan dari bukit Pangamun-amun. Anehnya, rompalan tersebut tidak menimpa lokasi di bawahnya. Sehingga, penduduk desa sekitar terheran-heran. Longsoran tersebut seakan-akan dipindahkan dan dijatuhkan dari atas Dusun Legetang.
Tugu Peringatan
Banyak masyarakat yang tidak percaya akan kisah tersebut, namun faktanya kejadian ini adalah benar adanya. Terdapat sebuah tugu besar sebagai bukti yang tidak terbantahkan. Tugu bertuliskan “TUGU PERINGATAN ATAS TEWASNJA 332 ORANG PENDUDUK DUKUH LEGETANG SERTA 19 ORANG TAMU DARI LAIN-LAIN DESA SEBAGAI AKIBAT LONGSORNJA GUNUNG PENGAMUN-AMUN PADA TG. 16/17-4-1955”. Kalimat tersebut membuat ngeri dan bergidik bagi siapapun yang membacanya.