Candi Dieng

Komplek candi Dieng telah menjadi cagar budaya dan objek wisata mampu menyedot arus wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Tahun 1995, kawasan itu mampu menarik 32.355 wisatawan mancanegara dan 100.161 wisatawan nusantara.

Dataran tinggi Dieng tidak hanya dikenal sebagai daerah kunjungan wisata alam yang memiliki pemandangan khas berupa pegunungan saja namun daerah ini juga kaya akan peninggalan sejarah purbakala. Salah satu peninggalan sejarah yang ada di Dieng adalah berupa bangunan Candi. Candi-candi yang ada di Dieng terletak di kawasan situs purbakala baik yang berada di lembah maupun puncak perbukitan. Kawasan purbakala ini terletak di dua kabupaten yaitu Banjarnegara dan Wonosobo.

Candi Dieng merupakan candi beraliran hindu tertua di Pulau Jawa yang diperkirakan dibangun pada pertengahan abad ke delapan hingga pertengahan abad ke sembilan. Candi yang ada di Dieng memiliki ukuran yang kecil dan letaknya menyebar. Tidak banyak di hiasi oleh relief pada setiap dindingnya bahkan tidak ada pahatan cerita rakyat seperti yang ada di dinding Candi Borobudur.

Hampir semua candi ditemukan di Dieng memiliki bentuk empat persegi (persegi empat dan persegi panjang). Sebagian besar candi di Dieng memiliki pintu masuk yang dihiasi oleh ukiran kala di atas pintu dan makara di bagian kaki candi.

Sejarah candi

Jarang sekali bahkan belum ditemukan prasasti yang menuliskan tentang candi Dieng secara detail. Menurut bentuknya candi di Dieng merupakan Candi Hindu Syiwa (Biasanya berbentuk catur muka atau empat persegi). Candi-candi yang ada di Dieng dibangun dimasa yang berlainan dan diperkirakan pada tahun 750 hingga tahun 850 yaitu pada pertengahan abad ke-8 dan pertengahan abad ke-9.

Diperkirakan oleh ilmuan, candi Dieng tidak digunakan lagi atau tidak ada penduduk yang tinggal disana dari sekitar tahun 900 M hingga tahun 1.600 M. Disaat Indonesia masih di jajah Belanda yaitu pada tahun 1.815, Gubernur Rafles menyuruh Kapten Cornelius bergantian dengan Kapten Baker untuk melakukan penelitian tentang candi-candi yang ada di Dieng.

Pada saat candi Dieng ditemukan pertama kali setelah peradaban lama menghilang, area candi digenangi air sehingga membentuk sebuah rawa. Kemudian pada tahun 1.866 Van Kinsbergen melakukan usaha untuk mengeringkan area candi dan dilanjutkan oleh Ngenieur dan Meyer kemudian dilanjutkan oleh Leydie Melville.

Van Kinsbergen membuat saluran pembuangan air ke Telaga Balekambang, kemudian dialirkan ke Telaga Terus. Usaha ini tidak berhasil karena air telur mengalir dari lereng-lereng pegunungan sekitar menuju candi. Kemudian dibuatlah saluran air melingkari rawa dan membuat kanal air besar yang kita kenal dengan Gangsiran Aswatama dengan kedalaman hingga 12 meter untuk membuang air di rawa yang dialirkan menuju Jurang Dholog.

Pada tahun 1953 candi-candi di Dieng mulai diperbaiki strukturnya karena sudah mulai rusak bangunannya dan belum terawat dengan baik.

Kelompok candi

Candi Dieng terdiri dari beberapa kelompok gugusan candi yaitu kompleks Candi Arjuna, kompleks Candi Gatutkaca, kompleks Candi Dwarawati dan satu buah candi yang berdiri sendiri bernama Candi Bima. Candi-candi tersebut memiliki gaya arsitektur yang hampir sama, tetapi memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ukurannya tidak terlalu besar dan lokasinya tersebar tiap kelompok.

Arjuna

Komplek Candi Arjuna

Candi Arjuna sering dikenal dengan Komplek Candi Arjuna karena ada kurang lebih 5 buah candi dengan banguna yang masih berdiri utuh.

Lokasi menuju destinasi ini sangatlah mudah, karena terletak tepat di pusat Dieng, bahkan bisa dijangkau hanya dengan berjalan kaki dari pertigaan Dieng.

Sebelum memasuki area Candi terlebih dahulu akan melewati Pendopo Soeharto Whitlem yang berada di area parkir dan Komplek Darmasala (Pondasi batu yang dulunya adalah bangunan rumah sebagai tempat beristirahat para peziarah) setelah pintu tiket masuk. Kemudian saat berjalan menuju ke bangunan candi pengunjung akan disambut jalan setapak diantara pohon cemara, bunga terompet dan bunga hortensia.

Setelah beberapa meter berjalan barulah terlihat 5 buah bangunan candi berada di lahan luas dengan rumput hijau rapi disekelilingnya. Dari bangunan purbakala tersebut tampak 4 buah candi menghadap ke barat dan 1 buah candi menghadap ke timur.

Candi-candi yang ada di komplek Arjuna semuanya beraliran Hindu yang dibangun pada sekitar abad ke Tujuh hingga kedelapan setelah masehi. Bangunan candinya berukuran kecil tidak sebesar Candi Prambanan dan memiliki relief sederhana. Inilah yang menjadikan candi Dieng merupakan candi tertua di Pulau Jawa.

Candi Arjuna

Candi Arjuna merupakan candi yang berada di urutan pertama dari pintu masuk yaitu terletak di paling ujung selatan. Candi ini memiliki struktur bangunan yang lengkap, mulai dari kaki candi, badan candi dan atap candi. Struktur Candi Arjuna memiliki kesamaan dengan candi yang ada di gedong songo yaitu dasar bangunan berbentuk persegi. Candi Arjuna dibangun di atas batur (seperti pondasi yang tinggi) setinggi 1 meter.

Disebelah barat terdapat pintu masuk candi berbentuk seperti bilik penampil yang menjorok keluar sepanjang 1 meter. Pintu masuk candi ini dihiasi ukiran Kala yang berada di langit-langit pintu dan makara di kaki candi. Di dalam Candi Arjuna juga masih terdapat Yoni yang fungsinya untuk menampung air hujan yang jatuh dari atap candi.

Candi Srikandi

Candi Srikandi terletak di sebelah Candi Arjuna. Candi ini berukuran lebih kecil yaitu 3,8 m x 3,8 m. Candi Srikandi memang berbeda dengan candi yang ada di komplek ini karena memiliki relief di ketiga sisi dinding candi. Relief tersebut adalah relief Brahma, Civa dan Wisnu.

Candi Puntadewa

Candi Puntadewa terletak bersebelahan dengan Candi Srikandi. Candi ini memiliki ukuran yang hampir sama yaitu 4,44 m x 4,44 m namun lebih tinggi dari candi lainnya.

Candi Sembadra

Candi Sembadra merupakan candi di komplek ini yang letaknyanpaling ujung. Candi Sembadra memiliki ukuran yang lebih kecil yaitu 3,2 m x 3,2 m.

Candi Semar

Candi Semar merupakan salah sagu candi yang memiliki bentuk persegi panjang, tentu berbeda dengan ke empat candi yang lainnya. Candi semar memiliki ukuran 3,5 m x 7 m. Candi ini menghadap ke arah timur, berhadapan dengan Candi Arjuna.

Dwarawati

Candi Dwarawati

Candi Dwarawati merupakan salah satu candi Dieng yang letaknya terpisah dari bangunan candi lainnya. Candi ini dibangun pada sebidang tanah yang posisinya lebih tinggi di area pertanian kentang yaitu lokasi tepatnya di ujung Desa Dieng Kulon.Candi Dwarawati memiliki bentuk catur muka dengan pintu masuk menjorok keluar dan dihiasi oleh ukiran kala. Candi Dwarawati memiliki muka menghadap ke arah terbenamnya matahari.

Untuk memasuki area Candi Dwarawati pengunjung akan melewati rumah-rumah penduduk, setibanya di ujung jalan terlihatlah satu bangunan candi yang masih utuh dikelilingi pagar pembatas besi di antara ladang pertanian kentang. Untuk mendekati Candi Dwarawati, pengunjung perlu menaiki beberapa anak tangga yang yang sudah dibangun secara permanen, diantara anak tangga tersebut terdapat beberapa pohon carica dan cabe Dieng menambah asyik perjalanan menuju ke atas.

Gatotkaca

Candi Gatotkaca merupakan salah satu Candi Dieng yang keberadaannya masih utuh. Candi ini berada di sebelah barat kelompok Candi Arjuna dan lebih tepatnya di seberang jalan museum Kailasa. Sebenarnya ada 7 candi di komplek ini yaitu Candi Setyaki, Candi Petruk, Candi Antareja, Candi Gareng, Candi Nakula, Candi Sadewa dan Candi Gatotkaca. Namun yang masih berbentuk Bangunan Candi adalah Gatotkaca dan Setyaki.

Dari segi bentuk, Candi Gatotkaca memiliki kemiripan dengan Candi Dwarawati yaitu bagian atapnya dibuat sama dengan tubuh candi yang sering disebut sebagai bangunan bertingkat. Namun ujung atap candi sudah tidak ada lagi jadi belum bisa diketahui bentuk aslinya. Di empat atap sisi candi juga terdapat relung yang biasanya berfungsi untuk meletakkan arca.

Candi ini memiliki sebuah pintu menghadap ke arah barat dengan batur atau pondasi tinggi sekitar 1 meter dan dilengkapi tangga masuk menuju pintu utama. Pada bagian dinding di tiga sisi yaitu sebelah utara, selatan dan timur terdapat relung bentuknya seperti penampil yang menjorok keluar sedikit.

Candi Setyaki

Pada komplek Candi Gatotkaca terdapat satu lagi Candi yang masih terlihat utuh dan telah mengalami pemugaran yaitu Candi Setyaki. Pemugaran pada candi ini belum sempurna. Karena belum tertutup secara utuh, bagian atas candi ini masih terbuka. Tetapi kini kita masih dapat menyaksikan kaki dan tubuhnya berdiri dengan ornamen dan relief-relief pada sisi dindingnya.

Relief yang terukir di dinding Candi Setyaki yang masih bisa terlihat seperti relief Artikeya, atau dalam agama Hindu merupakan dewa perang dan salah satu putra Dewa Siwa. Selain itu terdapat pula relief berupa bentuk-bentuk binatang. Candi Setyaki dibangun sebagai tempat peristirahatan atau tempat tinggal. Lokasi Candi Setyaki berada di tengah-tengah lahan perkebunan kentang milik warga sekitar.

Bima

Candi Bima

Candi Bima merupakan salah satu candi terbesar yang ada di kawasan Purbakala Dieng. Candi ini memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda dengan candin yang ada di komplek Candi Arjuna. Candi Bima memiliki ukuran besar dan desain megah.

Ukurannya adalah 4,55 meter x 4,55 meter. Untuk sementara waktu candi Bima sebagai candi terbesar yang ada di Dieng.

Candi Bima letaknya memang terpisah dari kumpulan candi-candi Dieng lainnya yaitu berada di arah selatan di dekat pintu masuk Kawah Sikidang. Pintu masuk Candi Bima menghadap ke arah terbitnya matahari dan hanya ada satu bangunan candi di kawasan ini.

Candi Bima telah mengalami beberapa kali pemugaran atau renovasi karena terjadi kemiringan dan selesai pada tahun 2012 silam.

Arsitektur

Candi Bima diperkirakan dibangun sekitar abad ke sembilan masehi yaitu hampir bersamaan dengan pembangunan Candi Borobudur. Makanya arsitektur dari candi ini berbeda dengan candi Dieng lainnya yaitu desainnya perpaduan antara Candi Hindu dan Candi Budha.

Bagian puncak candi berbentuk Padmasana (bunga teratai/lotus), di bagian pintu masuk terdapat juga ukiran kala dan bagian belakang terdapat makara berbentuk ular.

Di bagian luar candi juga terdapat patung kepala dan setengah badan atau dikenal sebagai Arca Kudhu. Namun arca ini kini disimpan di Museum Jakarta.

Pada dinding candi bagian dalam juga terdapat lubang berbentuk kotak, kemungkinan digunakan sebagai tempat meletakkan sesaji.

Pada langit-langit bagian atap dalam candi bentuknya bertingkat semakin ke atas semakin mengerucut seperti Piramida.

Candi Wisanggeni

Candi Wisanggeni

Candi Wisanggeni merupakan sebuah temuan purbakala baru. Candi ini tidak ditemukan oleh orang Belanda pada tahun 1814 namun ditemukan oleh seorang warga Dieng yang kebetulan menjadi staf UPTD Pariwisata Dieng pada Bulan September tahun 2013 silam. Yang menyandangkan nama dari Candi Wisanggeni adalah Wakil Bupati Banjarnegara yang sedang memimpin kala itu. Mengapa dinamakan dengan Wisanggeni karena untuk menyelaraskan nama-nama candi lainnya yang ada di Dieng yaitu berasal dari cerita Epos Mahabarata.

Candi Wisanggeni berukuran sangat kecil dibandingkan dengan candi Dieng lainnya. Jika dilihat secara seksama peninggalan sejarah yang telah ditemukan ini membentuk seperti atap candi, kemudian badan dan kaki candi belum ditemukan keberadaannya. Candi Wisanggeni menduduki rekor sebagai candi tertinggi di Dieng karena berada di Gunung Pangonan yang memiliki ketinggian 2.308 meter di atas permukaan laut Mdpl. Tentu lokasinya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan letak Candi Arjuna yang berada di 2.100 meter di atas permukaan laut Mdpl.

Untuk menjangkau Candi Wisanggeni pengunjung perlu melakukan pendakian setidaknya 1 jam perjalanan melalui jalan setapak menuju Gunung Pangonan dari arah Museum Kailasa melewati area pertanian kentang. Diujung perbatasan antara lahan pertanian dengan hutan gunung, medan mulai menanjak dan banyak ditumbuhi pohon akasia. Posisi candi terletak hampir di puncak gunung yang nantinya ditemukan tanda panah ke arah candi yang ada di sebelah kanan jalan.

Lokasi

Candi Dieng berada di kawasan Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara. Letaknya terpisah menjadi beberapa komplek.

Daya tarik

Candi Dieng memiliki daya tarik tersendiri sehingga banyak wisatawan yang ingin mengunjungi tempat ini. Adapun beberapa daya tarik Candi Dieng antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Pemandangan sekitar candi sangat indah berupa pegunungan
  2. Udaranya sekitar percandian sejuk dan segar
  3. Merupakan candi tertua di Pulau Jawa
  4. Kondisi candi bagus, karena beberapa kali melakukan pemugaran
  5. Lokasi candi berpencar sehingga nuansa tidak monoton