Rangkuman kosakata yang berhubungan dengan Dieng dan sekitarnya (Ini merupakan daftar Nama-nama tempat, tokoh, benda atau istilah lain yang jarang diketahui wisatawan bahkan masyarakat luas).
Artikel ini memiliki 5.255 Kata, 41 Headings, dan 106 Paragraf. Ini merupakan tulisan terpanjang tentang dataran tinggi Dieng.
Wikipedieng.com
Daftar isi
Rozenhaag
Rozenhaag merupakan sebuah pesanggrahan yang ada di Dieng. Pesanggrahan ini dibangun oleh Hendrik Wieland Willem. Dulu Rozenhaaq digunakan sebagai tempat menginap turis yang sedang mengunjungi Dieng. Lokasinya di sekitar gangsiran aswatama. Namun kini bangunannya sudah tidak ada lagi. Makam dari Hendrik Wieland Willem juga ditemukan berada di atas bukit Desa Dieng Wetan.
Serat Paraden Dieng
Serat Paraden Dieng atau Tjariyos Tanah Pareden Dijeng merupakan sebuah buku karangan M. Prawirasoedirdja dan Majoor L.F. Van Gent terbitan Bale Poestaka Tahun Terbit 1922. Serat Paraden Dieng ditulis menggunakan Bahasa Jawa buku ini menceritakan kondisi dataran tinggi Dieng dan daerah sekitar secara lengkap. Salah satu informasi penting yang ada di Serat Paraden Dieng (Sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia) sebagai berikut:
Sejak tahun 1937 sudah ada transportasi umum ke dataran tinggi Dieng dari Wonosobo. Biaya transportasi untuk satu orang pada tahun 1945 adalah Rp15,00 (Lima belas rupiah). Sedangkan sewa kendaraan untuk keliling wisata menurut peraturan tahun 1950 adalah seringgit.
Pendapa Soeharto Whitlam
Pendapa Soeharto Whitlam adalah bangunan berarsitektur Jawa yang berada di dalam area purbakala Dieng. Letaknya di halaman tempat parkir yang berada di sebelah kiri sebelum masuk komplek Dharmasala dan Candi Arjuna. Bangunan ini dibangun di tanah yang lebih tinggi dengan model khas Jawa yang terlihat sederhana dan di dominasi oleh jendela-jendela kaca lebar sehingga pemandanga sekitar tampak lebih leluasa. Di sekeliling pendapa di tumbuhi beberapa pohon puspa serta aneka tanaman bunga cantik lainnya sehingga udaranya sangat sejuk.
Dinamakan sebagai Pendapa Soeharto Whitlam karena dulu di tempat ini dua pemimpin negara saling bertemu untuk membahas masalah kenegaraan yaitu Perdana Menteri Australia Whitlem dan Presiden Repubik Indonesia yang ke 2 Bapak Soeharto. Pertemuan tersebut terjadi pada tahun 1974. Di dalam Pendapa Soeharti Whitlam juga masih terdapat foto-foto beliau berdua saat mengadakan pertemuan.
TPR Garung
TPR Garung merupakan gerbang masuk kawasan wisata Dieng dari arah Wonosobo. TPR Garung ini terletak di Desa Mayasari, Kecamatan Garung. Dari kota Wonosobo berjarak 9 km dan menuju ke pusat Dieng berjarak 17 km. TPR Garung merupakan sebuah tempat dimana wisatawan diwajibkan membayar tiket masuk kawasan Dieng area Wonosobo yang mencakup Gardu Pandang Tieng, Tuk Bimalukar dan Dieng Plateau Theater. Biaya tiket ini dihitung per peserta bukan per mobil.
Watu Kelir
Watu Kelir adalah salah satu peninggalan sejarah yang masihada di Dieng Plateau. Meskipun bentuknya tidak terlalu utuh namun masih ada beberapa yang masih ditemukan. Sesuai dengan namanya, Watu Kelir adalah sebuah batu yang ditata rapi di dinding bukit yang berada di atas Desa Dieng Wetan. Batu ini seperti kelir atau tirai.
Batu Kelir merupakan gerbang masuk Dieng di zaman dahulu. Tentu tidak seperti gerbang masuk Dieng seperti yang ada saat ini. Untuk memasuki area Dieng Plateau para peziarah harus membersihkan badan terlebih dahulu di Tuk Bimalukar, kemudian mereka menaiki bukit hingga menemukan Batu Kelir sebagai gerbang masuknya.
Gua Jepang
Gua Jepang adalah salah satu peninggalan bersejarah yang ada di Dieng. Gua ini konon dibangun oleh tentara Jepang sebagai tempat persembunyian dan pengintaian serta untuk menyimpan senjata. Gua ini dibuat di perbukitan namun kini sudah tidak terlihat lagi.
Jika dilihat memang tidak mirip sebuah gua, bentuknya persegi dan tidak terlalu lebar. Luas dalamnya hanya cukup beberapa orang saja apalagi gua ini dibuat di tebing pematang pertanian kentang yang berbukit. Mungkin dulunya adalah hutan lebat sehingga dibuatlah gua untuk pengintaian yang terbilang aman apalagi bagian muka gua menghadap ke arah jalan raya yang akan memudahkan tentara Jepang memeriksa siapa saja ada yang memasuki wilayah Dieng.
Kini di wilayah tersebut hanya tinggal satu gua saja, dahulu diperkirakan berjumlah lebih dari itu. Hal ini dapat terlihat di sekitar area Gua Jepang ada beberapa lubang berukuran kecil mirip seperti terowongan dangkal biasa. Tempat ini memang tidak dijadikan sebagai destinasi wisata di Dieng karena lokasinya di tebing area pertanian yang mudah terkikis dan longsor. Bahkan kini malah dijadikan sebagai tempat berteduh oleh para petani setempat.
Gua Jepang berlokasi di jalan raya Dieng dari arah Kota Wonosobo yang jaraknya kurang lebih 26 km dan dapat ditempuh dengan berkendara selama 1 jam. Gua ini berada di area pertanian setelah Desa Patak Banteng dan setelah gapura masuk Desa Kalilembu. Gua Jepang terletak di sebelah kiri jalan raya yang dibatasi oleh jurang. Lokasi gua juga tidak jauh dari Tuk Bimalukar yang ada di sebelah kiri jalan sebelum gerbang masuk Dieng.
Gunung Bismo
Gunung Bismo merupakan salah satu gunung yang berada di Kabupaten Wonosobo. Gunung ini masih satu deretan dengan pegunungan api Dieng yang memiliki puncak tertinggi 2.365 meter di atas permukaan laut Mdpl. Gunung Bismo dulunya adalah gunung aktif, hal ini bisa dilihat dari puncak gunung yang membentuk kapundan kawah luas melebar ke arah tenggara.
Gunung Bismo dapat didaki dengan beberapa jalur diantaranya adalah :
- Jalur Desa Silandak, Mojotengah, Wonosobo
- Jalur Desa Tinggring, Watumalang, Wonosobo
- Jalur Desa Sikunang, Kejajar, Wonosobo
Batu Tulis
Batu Tulis merupakan batu berukuran besar berada di sebuah pulau kecil yang diapit oleh Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Batu ini berada di dalam kawasan wisata yang sama dengan kedua telaga tersebut.
Untuk menyaksikan Batu Tulis, pengunjung harus berjalan kurang lebih 300 meter dari pintu masuk Telaga Warna melewati jalan yang ada di sisi kanan danau. Kawasan ini tampak asri dan memiliki udara segar karena masih banyak terdapat pohon Akasia gunung berukuran tinggi dan masih rimbun.
Setibanya di pulau, akan terlihat sebuah batu besar yang ditumbuhi pohon diatasnya. Batu Tulis ini jika dilihat dan diamati secara seksama memiliki bentuk yang mirip dengan salah satu tokoh pewayangan yaitu Semar. Banyak juga yang orang tahu bahwa Batu Tulis adalah Batu Semar.
Dari samping batu Tulis pengunjung juga bisa menyaksikan keindahan Telaga Warna yang tampak hijau muda.
Gangsiran Aswatama
Membahas Dieng memang tidak akan ada habisnya, selain bangunan candi ternyata masih banyak terdapat warisan leluhur kita masa lalu yang perlu kita ketahui keberadaannya sebagai contoh yaitu Gangsiran Aswatama. Tempat ini sangat mudah dijangkau dan Anda temukan. Dari pertigaan Dieng yaitu di Desa Dieng wetan belok ke arah kanan melewati gapura perbatasan Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Teruslah berjalan lurus hingga batas Desa Dieng Kulon menuju ke terminal pariwisata Dieng. Di tempat tersebut bisa kita lihat terdapat lubang besar mirip seperti sumur yang jumlahnya 2 buah. Kemungkinan dulunya berjumlah lebih dari dua buah namun dikarenakan tertimbun tanah atau pengolahan lahan pertanian menjadi tidak terlihat lagi. Lubang sumur ini berada di tepi jalan sebelah kiri yang masih berada di jalan lingkar Dieng.
Jaraknya juga tidak jauh dari komplek Candi Arjuna yaitu hanya kurang lebih 500 meter dan lokasinya dekat dengan Candi Setyaki. Sekilas memang lubang ini tidak ada fungsinya, namun ternyata lubang yang memiliki panjang garis tengah kurang lebih 3 meter tersebut memiliki andil besar dalam upaya pengeringan area candi Dieng yang ditemukan pada tahun 1.814 silam. Ada berbagai usaha untuk pengeringan wilayah candi yang terendam air diantaranya membuat aliran sungai dalam tanah dan membuat lubang-lubang raksasa.
Ada dua pendapat yang digagas oleh para peneliti jikalau Gangsiran Aswatama dibuat sebelum dibangunnya candi dan adapula yang menyatakan bahwa gangsiran ini dibuat setelah adanya candi. Jika Gangsiran Aswatama dibuat sebelum candi ini di bangun tentu sangat bertentangan dengan konsep Vastu shastra yaitu ilmu arsitektur tradisional Hindu. Konsep tersebut memiliki beberapa aturan diantaranya tempat yang digunakan untuk membangun candi harus ada beberapa kriteria salah satunya adalah harus dekat dengan mata air atau telaga. Tentu Telaga yang berada di sekitar candi Arjuna (Telaga Balekambang) yang sudah ada sejak jaman dulu sebelum candi di buat.
Kemudian karena ada suatu tragedi ataupun kejadian alam yang dahsyat sebagai contoh letusan gunung berapi yang menyebabkan air telaga meluap hingga ke area bangunan candi, inilah kemungkinan besar mengapa candi Dieng ketika ditemukan pertama kali saat masih dikuasi pemerintah Hindia Belanda terendam air. Kemudian ada usaha pemerintah kala itu untuk menyelamatkan candi dengan cara membuat lubang-lubang besar untuk mengeringkan air. Tentu ada alasan mengapa dibuat terowongan bawah tanah dan tidak buat sungai besar karena di area ini dulu banyak terdapat peninggalan sejarah yang sangat banyak sehingga jika dibuat terowongan bawah tanah tidak akan merubah tatanan peninggalan lama tersebut.
Kini Gangsiran Aswatama sudah dikelola dengan baik oleh dinas pariwisata Banjarnegara dengan membuat bangunan seperti gazebo diatasnya sebagai upaya untuk melestarikan dan melindungi peninggalan sejarah tersebut. Kemudian di lingkungan sekitar Gangsiran Aswatama juga dibuat taman mini yang rapi sehingga pengunjung bisa betah untuk berlama-lama ditempat ini. Tempat wisata ini merupakan salah satu destinasi gratis yang bisa dikunjungi wisatawan.
Kemar
Kemar adalah nama lain dari terung belanda. Tanaman ini banyak ditemukan di lahan pertanian Dieng bersamaan dengan pohon carica dan kentang. Pohon kemar biasanya ditaman di pematang sawah sebagai tambahan pendapatan bagi petani. Kemar Dieng ini memiliki daun lebar, batangnya tinggi dan bercabang. Tidak ada musim khusus untuk menunggu terung berbuah jadi bisa dipanen setiap saat seperti buah carica. Warna buahnya merah ke unguan dengan ukuran kecil agak memanjang.
Kolodete
Kolodete atau Kyai Kolodete adalah nama tokoh legenda yang ada di Dieng. Keberadaan Kolodete sendiri menjadi cerita turun temurun dikalangan masyarakat Dieng.
Ondo Budho
Ondo Budho adalah sususan anak tangga kuno yang terbuat dari batu. Anak tangga ini merupakan sebuah jalan masuk menuju Dieng Plateau dari arah selatan yang konon digunakan oleh peziarah jaman dulu. Namun kini hanya ditemukan beberapa anak tangga saja. Ondo Budho terletak di Desa Siterus, Kejajar, Wonosobo yaitu berjarak hanya 2,3 km dari pusat Dieng.
Pasiraman Dewi Nawang Wulan
Pesiraman Dewi Nawang Wulan merupakan sebuah sumur yang konon digunakan oleh Dewi Nawang Wulan untuk mandi. Pesiraman ini berada di dalam area Komplek Candi Arjuna Dieng, tepatnya di samping sebelah kanan pintu masuk candi sejajar dengan Komplek Darmasala. Sumur Dewi Nawang Wulan hingga kini menjadi cagar budaya yang masih dilestarikan.
Jembatan Merah Putih
Jembatan merah putih merupakan salah satu wahana wisata di dataran tinggi Dieng yang terletak di kawasan Batu Pandang atau Batu Ratapan Angin. Jembatan merah putih terbuat dari papan kayu berbentuk persegi panjang dengan pengait tali tambang yang dilengkapi pengaman dan pegangan di sebelah kanan dan kiri setinggi dada orang dewasa. Papan kayu yang berjumlah puluhan tersebut di rangkai menjadi jembatan yang sangat lentur dan di pasang melayang di antara dua buah batu besar yang terletak di atas bukit.
Untuk menaiki jembatan merah putih tentu harus memiliki keberanian dan tidak takut ketinggian. Saat menyeberang jembatan posisi tubuh harus seimbang karena papan sebagai pijakan akan bergoyang, namun jangan khawatir pengunjung yang naik jembatan ini dilengkapi dengan fasilitas keamanan tubuh berupa sabuk pengaman dan tali sehingga akan lebih aman.
Jembatan Merah putih berada di lokasi yang sama dengan Batu Ratapan Angin yaitu terletak di sebuah perbukitan kecil di lereng Gunung Sikendil tepat di atas Dieng Plateau Theater. Untuk mencapainya harus berjalan terlebih dahulu dengan jalan agak menanjak namun ringan.
Gunung Sindoro
Gunung Sindoro merupakan salah satu gunung yang selalu terlihat dan menjadi background utama di beberapa destinasi wisata di Dieng seperti di tempat untuk menyaksikan sunrise, telaga, candi Arjuna maupun di obyek wisata lain. Gunung ini berada di sebelah timur Kabupaten Wonosobo. Gunung Sindoro adalah gunung api yang masih aktif. Telah tercatat beberapa tahun silam mengalami peningkatan aktivitas. Yang terakhir adalah pada tahun 2012 terjadi semburan asap sulfatara yang berasal dari dasar dan dinding kawah.
Gunung Sindoro memang menjadi tempat pendakian yang sangat digemari karena memiliki pemandangan yang indah yaitu pemandangan gunung disekitarnya (Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, Gunung Merapi dan Gunung Slamet) yang sering diselimuti awan. Disamping itu medan pendakian lebih mudah dari pada menuju Gunung Sumbing dengan waktu tempuh yang sama yaitu sekitar 7-9 jam perjalanan. Puncak di Gunung Sindoro berupa hamparan luas yang datar seperti lapangan besar dan di satu sisi terdapat kapundan kawah aktif berukuran lebar dan curam.
Gunung Sumbing
Gunung Sumbing merupakan salah satu gunung yang berada Kabupaten Wonosobo, letaknya ada di bagian timur wilayah ini. Gunung Sumbing terlihat seperti gunung kembar karena keberadaannya tepat di sebelah Gunung Sindoro. Berbeda dengan Gunung Sindoro yang puncaknya terlihat rapi, Gunung Sumbing memiliki struktur puncak yang tidak teratur seperti namanya yaitu “sumbing” bentuknya seperti bibir yang sumbing.
Gunung Sumbing berada di 3 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang. Seperti halnya yang ada di pegunungan Dieng, lereng Gunung Sumbing dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai lahan pertanian. Pertanian yang dibudidayakan di lereng sumbing didominasi oleh tembakau. Lereng Gunung Sumbing juga dimanfaatkan sebagai daerah kunjungan wisata karena memiliki pemandangan yang bagus dan sangat menjual.
Home Industri
Home industri atau industri rumahan yang banyak di temukan di Dieng adalah home industri pengolahan manisan carica. Selain dijual sebagai oleh-oleh untuk wisatawan, manisan carica juga di distribusikan ke luar daerah.
Selain home industri carica adapula rumah industri lokal yang mengolah aneka cemilan seperti keripik kentang, terung Belanda serta purwaceng.
Lembah Semurup
Lembah Sumurup merupakan padang rumput luas yang berada tengah di Gunung Pangonan. Lembah ini seperti kubangan kawah besar yang dikelilingi dinding perbukitan. Lembah Sumurup disebut juga dengan Padang Savana Dieng.
Lembah Seroja
Lembah Seroja merupakan lokasi dimana Anda dapat menyaksikan salah satu danau terbesar di Wonosobo. Pemandangan utama yang bisa disaksikan dari lembah Seroja diantaranya Telaga Menjer dan Gujung Sindoro. Tempat wisata ini berada di lereng Gunung Seroja tepatnya di Desa Telogo, Garung, Wonosobo. Area sekitar Lembah Seroja berupa lahan pertanian sayur mayur dan perkebunan teh. Untuk menuju tempat ini hanya perlu membayar tiket masuk sebesar Rp 7.500, pengunjung sudah bisa bersantai menikmati keindahan telaga sepuasnya.
Ada beberapa gasebo dan beberapa tempat untuk berfoto maupun untuk beristirahat yang bisa dimanfaatkan oleh pengunjung. Lokasi Lembah Seroja memang jauh dari jalan raya utama antar Desa, jadi harus terlebih dahulu berjalan atau berkendara menuju lokasi sekitar 2 km dari pintu gerbang masuk.
Negeri atas awan
Negeri di atas awan merupakan salah satu julukan (Julukan tidak resmi) Dieng, sebab fenomena alam negeri di atas awan bisa dijumpai di Dieng terutama saat pagi hari. Gumpalan-gumpalan awan tersebut menyelimuti kaki gunung dan membentang seperti lautan luas, bagi yang berada di puncak merasakan seperti berada di atas awan, itulah sebabnya Dieng dijuluki negeri atas awan.
Padang Savana
Padang Savana merupakan sebutan dari salah satu tempat wisata di Dieng berupa hamparan rumput luas yang berada di tengah-tengah Gunung Pangonan.
Padang Savana memiliki pemandangan yang berbeda pada 2 musim yang terjadi di Dieng yaitu musim kemarau dan penghujan. Saat musim penghujan hamparan rumput yang berada di tempat ini berwarna hijau muda namun saat musim kemarau berubah menjadi padang rumput kering berwarna coklat kekuningan.
Padang Savana menjadi tempat wisata di Dieng yang tidak bisa dijangkai untuk semua kalangan wisatawan, karena untuk menuju destinasi ini harus mendaki bukit selama kurang lebih 1 jam dari pos pendakian.
Pos pengamatan gunung api
Dataran tinggi Dieng adalah salah satu pegunungan aktif di Jawa tengah. Gunung api Dieng berada di 3 kabupaten yaitu Wonosobo, Banjarnegara dan Batang. Aktivitas vulkanik selalu dipantau oleh petugas dari pos pengamatan gunung api Dieng. Pos pengamatan Gunung Api Dieng terletak di Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Petugas akan memberi himbauan kepada masyarakat serta wisatawan jika ada peningkatan aktivitas vulkanik gunung Dieng.
Sumur Jalatunda
Sumur Jalatunda adalah salah satu sumur terbesar di Dieng yang terbentuk karena adanya letusan vulkanik yang terjadi pada puluhan abad silam. Sumur ini berbentuk lingkaran dengan panjang garis tengah kurang lebih 50 meter. Air yang ada di dalamnya berasal dari sumber mata air dan air hujan. Sumur Jalatunda tidak mengandung belerang meskipun asal mula terjadinya akibat letusan gunung Sinila.
Saat mengunjungi Sumur Jalatunda akan kita dapati penjual batu kerikil. Batu-batu kerikil tersebut biasanya akan dibeli oleh wisatawan untuk dilempar ke arah sumur. Terlepas dari kepercayaan mistis, jika mampu melempar batu bisa melewati sumur hingga menyentuh dinding yang ada di depannya makan si pelempar memiliki ketangkasan dan kekuatan yang luar biasa karena di area Sumur Jalatunda terkandung gaya gravitasi bumi yang besar.
Lokasi Sumur Jalatunda adalah di Dusun Sidomulyo, Desa Pekasiran, Batur, Banjarnegara. Tempat wisata ini masuk kedalam destinasi Dieng Zona 2. Untuk mencapai bibir sumur, pengunjung harus menaiki 88 buah anak tangga.
Rute menuju Sumur Jalatunda bisa dari Kecamatan Batur ataupun Pusat Dieng dengan akses dan jalan yang mudah. Dari pusat Dieng hanya berjarak 7,2 km dan 4 km dari Kecamatan Batur. Tidak ada sarana transportasi umum menuju ke Sumur Jalatunda jadi pengunjung wajib menggunakan kendaraan sendiri.
Wasabi
Wasabi adalah tanaman yang berasal dari Jepang. Tanaman dari Jepang ini juga dibudidayakan di area Dieng seperti di sekitar Air Terjun Sikarim, kawasan Telaga Merdada serta di area Kawah Sileri.
Hasil dari pertanian wasabi ini belum untuk konsumsi masyarakat lokal namun untuk di ekspor ke Jepang. Petani Wasabi di Dieng perlu menunggu masa panen yang lama yaitu sekitar 2-3 tahun hingga akar yang ada didalamnya tumbuh besar. Untuk penanaman wasabi ini biasanya tidak boleh terkena mataharinsecara langsung jadi dilindungi dengan paranet.
Zona
Zona sering digunakan untuk istilah pengelompokan tempat wisata yang ada di Dieng, misalnya wisata zona 1 dan zona 2. Pengelompokan tersebut berdasarkan jarak berdekatan antara tempat wisata satu dengan lainnya sehingga lebih memudahkan wisatawan untuk mengunjugi tempat wisata yang ada di Dieng, agar rencana perjalanan bisa searah dan tidak bolak balik.
Daftar tempat wisata yang masuk dalam zona 1, diantaranya sebagai berikut:
- Telaga Warna
- Candi Arjuna
- Kawah Sikidang
- Dieng Plateau Theater
- Batu Ratapan Angin
- Telaga Pengilon
- Bukit Sidengkeng
Sedangkan yang masuk zona 2, sebagai berikut:
- Telaga Merdada
- Telaga Dringo
- Kawah Sileri
- Kawah Candradimuka
- Sumur Jalatunda
- Gunung Pangonan
Batu Angkruk
Batu Angkruk adalah salah satu tempat wisata baru yang ada di Dieng, jika dari arah Kota Wonosobo lokasinya setelah Gardu Pandang Tieng. Tempat wisata ini menawarkan pemandangan yang indah yaitu berupa deretan pegunungan.
Batu Angkruk merupakan titik yang tepat untuk menyaksikan area pertanian kentang berbentuk terasiring yang ada di lereng-lereng perbukitan dengan latar belakang Gunung Sindoro.
Selain itu, saat cuaca mendukung pengunjung juga bisa menyaksikan lautan awan yang berada di lembah di bawah lokasi ini.
Batu Angkruk merupakan salah satu destinasi wisata di sekitar Dieng yang mudah dijangkau karena terletak persis di tepi jalan raya Dieng.
Bukit Scooter
Bukit Scooter merupakan spot terbaik untuk menyaksikan fenomena matahari terbenam di Dieng dengan pemandangan pedesaan, perbukitan dan Gunung Sindoro yang tampak jelas terlihat dari atas bukit.
Bukit Scooter terletak di Desa Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara. Bukit ini merupakan destinasi wisata baru yang mulai dipromosikan pada tahun 2016 silam. Lokasi Bukit Scooter sangatlah mudah di jangkau karena terletak di belakang pedesaan di atas bukit. Untuk mencapai atas hanya perlu pendakian ringan.
Bukit Sidengkeng
Bukit Sidengkeng adalah salah satu tempat untuk melihat Telaga Warna dan Telaga Pengilon, lokasinya berada di samping area konservasi sumber daya alam Telaga Warna dan Telaga Pengilon yaitu terletak di Desa Dieng Wetan Kabupaten Wonosobo.
Pernahkah Anda melihat foto Telaga Warna dan Telaga Pengilon berjejer dengan latar belakang Gunung Sindoro di belakangnya? dari puncak Bukit Sidengkeng Anda dapat mengabil foto tersebut dengan latar belakang Telaga Warna, Pengilon dan Gunung Sindoro.
Bukit Sidengkeng mulai ramai dikunjungi wisatawan sejak tahun 2012, setelah pembangunan wana wisata petak 9 Dieng. Tempat wisata Dieng ini merupakan destinasi populer setelah Sunirse Sikunir dan Batu Ratapan Angin.
Selain melihat telaga dari ketinggian, dari Bukit Sidengkeng pengunjung dapat melihat Gunung Prau yang terletak disebelah timur.
Bukit Sikunir
Bukit Sikunir adalah salah satu bukit di kawasan Dieng yang paling banyak dikunjungi wisatawan. Bukit Sikunir sendiri terletak di Desa Sembungan, Kejajar Kabupaten Wonosobo lokasinya sekitar 7-8 km dari Dieng.
Gardu Pandang Tieng
Gardu Pandang Tieng merupakan salah satu destinasi wisata yang terletak di Desa Tieng. Dari Kota Wonosobo jaraknya kurang lebih 21 km yang terlebih dahulu melalui retribusi wisata Garung kemudian melewati kecamatan Kejajar. Di retribusi wisata Garung pengunjung akan dikenakan biaya masuk 10.000 per orang. Biaya tersebut sudah termasuk tiket menuju Gardu Pandang Tieng, Dieng Plateau Theater dan Tuk Bimalukar. Suasana saat diperjalanan menuju Gardu Pandang Tieng dari Kota Wonosobo hingga pasar Garung akan terasa biasa saja karena kanan kiri jalan sudah dipenuhi rumah dan ruko namun ketika jalanan mulai naik yang dimulai dari pasar Garung pemandangan pegunungan dan area pertanian sudah mulai tampak suhu udara juga sudah semakin sejuk dengan medan yang belum terlalu menanjak.
Ketika sudah memasuki kecamatan Kejajar dikanan-kiri jalan banyak terdapat pertanian kentang dan pegunungan, dari titik inilah medan sudah mulai menanjak dan ketika sampai di Desa Tieng jalanan menjadi curam dan tidak terlalu lebar sehingga bagi yang belum pernah naik ke Dieng perlu berhati-hati dan disarankan menggunakan kendaraan yang prima. Tidak jauh dari Desa Tieng, di atas bukit terdapat bangunan mirip seperti gazebo berada di sebelah kanan jalan. Tempat inilah yang dinamakan dengan Gardu Pandang Tieng. Dari tempat ini wisatawan dapat menyaksikan lembah yang begitu luas dan terdapat banyak pemukiman penduduk, serta terlihat dengan jelas deretan pegunungan yang mengelilingi Dieng.
Gardu Pandang Tieng berada tepat diantara Gunung Prau yang ada di sisi utara, Gunung Pakuwojo, Sikunir dan Seroja di sebelah barat, Gunung Nganjir disebelah timur sedangkan Gunung Sindoro di sebelah tenggara. Tekstur tanah di wilayah Gardu Pandang Tieng berupa tanah yang mudah terurai dan mudah longsor serta terdapat banyak bebatuan vulkanik konon batu tersebut berasal dari letusan gunung berapi yang meletus pada ratusan tahun silam. Meskipun tanahnya berupa bebatuan, lahan disekitar Gardu Pandang dijadikan oleh penduduk setempat sebagai ladang pertanian kentang. Batu-batu yang berserakan di area pertanian dikumpulkan dan dimanfaatkan sebagai bahan baku senderan untuk membentuk terasiring agar tanah tidak longsor. Batu-batu tersebut hanya ditata sedemikian rupa tanpa menggunakan perekat semen. Kemudian area yang sudah disender bisa langsung ditanami petani aneka sayur mayur dan kentang.
Selain sebagai tempat untuk menyaksikan pegunungan, lembah, terasiring pertanian serta perumahan penduduk, Gardu Pandang Tieng juga sebagai salah satu tempat terbaik untuk menyaksikan golden sunrise Dieng. Melihat matahari terbit dari tempat ini wisatawan tidak perlu susah payah mendaki bukit berjam-jam. Dulu sebelum Sunrise Sikunir terkenal, wisatawan yang datang dari berbagai penjuru daerah menyaksikan matahari terbit di Gardu Pandang Tieng. Sebenarnya sunrise Gardu Pandang tidak kalah bagus dengan view sunrise dari tempat lain karena tetap Gunung Sindorolah yang menjadi background landscape utamanya.
Saat ingin melihat sunrise di Gardu Pandang biasanya wisatawan sudah menginap terlebih dahulu di penginapan daerah Wonosobo, Kejajar, ataupun di Dieng. Jika Anda menginap di Wonosobo setidaknya perlu waktu 45 menit hingga ke tempat ini jadi disarankan berangkat dari penginapan pukul 03.45 pagi. Kemudian jika menginap di daerah Kejajar bisa berangkat lebih siang yaitu sekitar pukul 04.30 pagi. Dan apabila menginap di Dieng bisa berangkat pukul 04.20 pagi. Biasanya sunrise akan muncul mulai pukul 04.45 hingga 06.00 pagi. Jika Anda belum sempat sarapan, tidak usah merasa bingung karena disekitar area Gardu Pandang Tieng juga terdapat warung makan dan warung kopi dengan harga yang standard.
Gerbang Masuk
Gerbang masuk Dieng merupakan pintu masuk ke wilayah dataran tinggi ini yang ditandai dengan gapura tinggi berbentuk seperti candi. Ada 3 buah gerbang masuk yang bisa dilalui saat menuju Dieng. Berikut detail lokasinya:
Gerbang 1
Pintu masuk Dieng ini berada di Desa Dieng Wetan. Lokasinya dekat dengan salah satu mata air di Dieng yaitu Tuk Bimalukar. Tuk Bimalukar ada disebelah kanan gerbang masuk 1 jika dari arah Wonosobo. Dan disebelah kiri pintu masuk ini juga ada peninggalan sejarah kuno yang tidak lain adalah situs Purbakala Watu Kelir. Gerbang masuk 1 diperkirakan bukan pintu masuk asli jaman leluhur orang Dieng. Hal ini ditandakan dengan adanya Watu Kelir yang menurut penelitian sejarah merupakan pintu masuk utama ke Dieng. Gerbang masuk ini memang dulunya merupakan sebuah bukit dan di potong menjadi sebuah jalan pada saat pemerintah Hindia Belanda karena untuk mempermudah para peziarah datang ke Dieng. Hal ini terlihat adanya tebing tinggi di kanan-kiri gerbang.
Gerbang masuk 1 merupakan pintu masuk ke Dieng dari arah Kota Wonosobo. Jaraknya 26 km dari alun-alun kota dan 9 km dari Kecamatan Kejajar. Dari Kota Wonosobo akan melewati 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Garung dan Kecamatan Kejajar. Gerbang ini juga sebagai pintu masuk pengunjung dari arah Sukorejo melalui Sigedang perkebunan Teh Tambi. Ada beberapa tempat wisata yang akan dilalui sebelum gerbang masuk 1 diantaranya : Gardu Pandang Tieng dan wisata Batu Angkruk.
Gerbang 2
Gerbang masuk yang ke dua ini merupakan pintu masuk ke Dieng yang jarang orang ketahui karena lokasinya agak masuk dari jalan raya utama. Jaraknya kurang lebih 12 km dari pusat Dieng. Gerbang masuk 2 ini telatnya berada di area tempat wisata Sumur Jalatunda yaitu di Desa Pekasiran, Batur, Banjarnegara. Untuk menyaksikan gapura masuk ke Dieng ini terlebih dahulu memasuki area wisata Sumur Jalatunda dan mungkin akan dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp 5.000 /orang karena melewati pos tiket penjagaan sumur.
Dulu gerbang masuk 2 ini digunakan oleh orang-orang yang ingin berkunjung ke Dieng dari arah Batur khususnya dari Desa Simbar dan Desa Kapucukan. Masih ingatkah 2 desa yang telah tersebut di atas? Desa Simbar dan Kapucukan merupakan desa yang terkena tragedi meletusnya kawah Sinila pada tahun 1979. Kini Desa Kapucukan sudah dilarang dihuni lagi dam hilang dari peta karena termasuk ke dalam zona berbahaya terpapar gas CO2. Gerbang masuk Dieng 2, dihiasi gapura berornamen candi namun kini kurang terawat karena memang jarang wisatawan melalui jalur ini saat datang ke Dieng karena wilayahnya merupakan zona berbahaya selain itu jalanan juga rusak. Namun gerbang masuk yang ke Dieng ini masih digunakan oleh penduduk sekitar hilir mudik menuju ladang pertanian mereka atau sebagai jalan penghubung antar desa.
Gerbang 3
Gerbang masuk 3 adalah arah masuk yang bisa diakses dari Desa Gendol. Pintu masuk ini berada di sebelah barat daya Desa Kasiran, Batur, Banjarnegara.
Kali Tulis
Kali Tulis merupakan salah satu sungai yang memiliki peran penting di area dataran tinggi Dieng. Sungai ini membelah 2 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Kali Tulis terletak memanjang dari lereng Gunung Prahu melewati ladang pertanian yang berada di sebelah kanan Telaga Warna kemudian mengalir menuju ke Desa Dieng Wetan Dan Dieng Kulon serta menuju ke sebuah sendang di gerbang masuk Dieng yaitu Tuk Bimalukar. Aliran Kali Tulis ini dulunya sangat jernih namun kini sudah tidak terlalu terawat lagi, banyak rumput semak berada di aliran sungai sehingga sangat berpengaruh ketika hujan tiba membuat daerah tersebut sering tergenang.
Selain sebagai pembatas dua buah wilayah, Kali Tulis memiliki peran penting bagi kelangsungan makhluk hidup dan mikro organisme tentu sangat berpengaruh pada kesehatan lingkungan Dieng. Semakin bersih dan lancar aliran sungai Kali Tulis maka tidak akan menjadi sarang penyakit. Kali Tulis ini juga dimanfaatkan oleh warga setempat untuk menyirami tanaman sayur mayur mereka saat musim kemarau tiba.
Sungai yang bermuara di Gunung Prau ini juga sebagai salah satu cikal bakal aliran sungai terpanjang di Jawa Tengah yaitu Sungai atau Kali Serayu. Sungai ini mengalir menuju 5 kota kabupaten yakni Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap.
Kejajar
Kejajar adalah sebuah nama kecamatan yang berada di Kabupaten Wonosobo, Kejajar sendiri menjadi daerah kaya akan potensi pertanian dan pariwisata, karena sebagian wilayah Dieng masuk kacamatan Kejajar, yaitu Desa Dieng Wetan. Kejajar memiliki suhu udara yang sejuk, karena kondisi alam berupa daerah pegunungan.
Museum Kailasa
Museum Kailasa adalah sebuah museum arkeologi yang berada di Dieng, didalam museum ini terdapat kurang lebih 100 peninggalan sejarah seperti arca, relief, prasasti serta komponen-komponen bangunan candi yang sebagian besar terbuat dari bebatuan andesit.
Arca-arca yang ada di museum Kailasa Dieng masih terjaga keasliannya hanya saja ada sebagian yang telah rusak akibat terlalu lama terpendam di dalam rawa atau tanah bahkan hancur karena adanya beberapa kejadian alam.
Museum Kailasa diresmikan langsung oleh menteri pariwisata yaitu Bapak Jero Wacik pada tahun 2008, museum ini dibagun di lereng Gunung Pangonan.
Ojek
Karena tidak ada transportasi umum yang menjangkau kawasan wisata Dieng, keberadaan ojek di Dieng menjadi alternatif alat transportasi yang biasa digunakan / disewa wisatawan. Karena angkutan umum hanya melewati jalur utama Wonosobo – Dieng – Batur. Sedangkan kebanyakan lokasi wisata berada di jalan desa.
Petak 9
Wana Wisata Petak 9 merupakan sebuah tempat di Dieng yang sangat menarik di kunjungi. Area wisata ini berada di Bukit Sidengkeng. Wana Wisata Petak 9 menawarkan pemandangan bagus dan kegiatan menarik diantaranya :
- Area camping ground
- Area out bound
- Treking / hiking ringan
- Bisa untuk menyaksikan sunrise
- Sebagai tempat melihat Telaga Warna dan Telaga Pengilon dari atas bukit.
Wana wisata Petak 9 merupakan tanah milik Perum Perhutani yang bekerja sama dengan LMDH. Gunanya untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan potensi usaha pariwisata di Dieng. Di Lokasi ini terdapat beberapa tumbuhan yang bisa disaksikan pengunjung yaitu bunga hortensia, calla llili, sedikit pohon edelweis, pohon akasia, cemara, puspa dan pohon semak lainnya.
Arca Ganesha
Arca Ganesha Dieng merupakan salah satu temuan arca terbesar di Dieng, arca ini ditemukan pada Desember 2019 dengan motif bunga teratai diketahui ukuran arca tersebut tinggi 140 cm dan lebar 120 cm. Arca Ganesha ditemukan tidak utuh tanpa lengan dan kepala.
Angkutan Umum
Mikro bus atau shuttle bus adalah salah satu angkutan umum yang ada di Dieng dengan rute / lintasan trayek: Wonosobo – Dieng – Batur. Angkutan umum ini berkapasitas 17 penumpang tanpa Ac.
Batu Ratapan Angin
Batu ratapan angin atau yang lebih dikenal dengan sebutan Batu Pandang adalah destinasi wisata unggulan yang ada di Dieng. Hampir semua wisatawan yang berada di Dieng mengunjungi tempat wisata ini.
Batu Ratapan Angin merupakan sebuah tempat dimana pengunjung bisa menyaksikan dua buah telaga cantik yang dikelilingi perbukitan yaitu Telaga Warna dan Pengilon.
Areanya juga cukup luas dan menyenangkan karena berada diantara ladang – ladang pertanian. Untuk menjangkau tempat ini pengunjung harus berjalan menanjak melewati tanah yang berbukit namun sudah dibuat anak tangga.
Ditempat ini banyak terdapat tempat untuk berfoto, ada juga wahana permainan seperti flying fox dan jembatan merah putih.
Tuk Bima Lukar
Tuk Bima Lukar adalah mata air di Dieng sebagai hulunya dari sungai Serayu atau kali serayu. Sungai serayu merupakan sungai terpanjang dan terbesar di area Jawa Tengah yang melewati 5 kabupaten seperti Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan berakhir di samudra Hindia yaitu di wilayah kabupaten Cilacap.
Tuk Bima Lukar merupakan sebuah mata air pegunungan asli yang berasal dari Gunung Prau sebagai puncak tertinggi di Dieng Plateau yaitu pada ketinggian 2.565 meter di atas permukaan air laut.
Sungai serayu yang bermata air di tuk Bima lukar merupakan mata air di Dieng yang berasal dari kepalanya gunung Prau dan kini telah masuk kedalam direktori destinasi wisata Dieng.
Di area Tuk Bima lukar Dieng masih terdapat corak peninggalan kuno dengan bebatuan yang masih asli sejak abad ke tujuh. Meskipun telah dibangun kolam sebagai tempat penampungan mata air, para pengunjung masih bisa menyaksikan corak-corak bangunan Hindu kuno yang masih asli. Corak-corak bangunan peninggalan Hindu yang ada di area wisata Dieng Tuk Bimalukar adalah yoni dan lingga.
Yoni dan Lingga yang berada di Tuk Bimalukar masih tampak original belum tersentuh tangan-tangan di abad ini. Mata air Tuk Bimalukar mengalir melalui lubang lingga. Lingga yang terdapat di Tuk Bimalukar memiliki ukiran artistik yaitu berukiran kepala gajah dan sebelah kanan kiri terdapat 2 batu bulat. Air dari lingga mengucur ke arah Yoni. Yoni terletak di bagian bawah terpisah dari lingga.
Lingga merupakan batu datar berbentuk persegi dengan bagian bawah berlubang tepat di centralnya yang berguna untuk menampung pancaran air yang keluar dari lubang Lingga.
Tuk Bimalukar atau mata air Bimalukar kaya akan kandungan mineralnya. Tidak sedikit wisatawan yang menyempatkan diri untuk sekedar merasakan mata air alami pegunungan Dieng ini. Mereka meminumnya dan membasuh muka di Tuk Bima lukar karena kadar mineralnya yang tinggi dan belum tercemar. Mata air tuk Bimalukar memang terasa sangat segar saat membasahi kulit hingga masuk ke pori-porinya.
Pada zaman dahulu Tuk Bimalukar digunakan sebagai tempat membersihkan diri oleh para peziarah yang ingin memasuki Dieng Plateau. Mereka berhenti dan istirahat sejenak untuk mandi membasuh diri, bahkan meminum air ini untuk membersihkan batiniyah mereka. Lukar juga diartikan sebagai melepas atau membuang semua yang kurang baik atau kotor. Setelah itu barulah para peziarah melanjutkan perjalanannya memasuki area Dataran Plateau.
Tuk Bimalukar berada di jalan raya Dieng km 26 kejajar Wonosobo. Tuk Bimalukar terletak di bagian selatan Komplek Candi Arjuna Dieng sebelum watu kelir dan tepat di gerbang masuk Dieng. Bila dari arah kota Wonosobo akan terlihat 2 gapura menjulang tinggi dan tuk Bimalukar tepat di sebelah kanan jalan.
Lokasinya agak turun dari jalan raya yang sudah disiapkan beberapa anak tangga hingga ke mata air Bimalukar. Kini area ini telah di perbaiki oleh dinas terkait yaitu dengan membangun area parkir yang lumayan agar para wisatawan tidak kesulitan saat memarkirkan kendaraannya. Sangat disayangkan bila berkunjung ke Dieng tapi tidak mencoba segarnya mata air tuk Bima lukar Dieng.
Wonoland
Wonoland atau Wonosobo Wonderland adalah tempat rekreasi baru yang ada di Wonosobo. Lokasinya sebelum Dieng yang berjarak kurang lebih 26 km. Wonoland menyuguhkan pemandangan berupa Gunung Sindoro serta menawarkan aneka wahana permainan untuk anak ataupun spot bagus untuk berfoto. Selain itu ada juga wahana edukasi seperti kebun bunga, peternakan kambing dan kelinci.